Penumpang Sriwijaya Air Meninggal di Pelukan Menantu - Dua puluh menit menjelang pesawat mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado, Senin (22/7/2013) siang, Kasma merasa kedinginan. Dengan nada pelan dia menyampaikan kondisi tubuh yang kedinginan kepada sang menantu, Maspuatun.
pesawat [ sriwijaya air ]
Menantunya pun mencoba memberikan kehangatan perempuan 76 tahun dengan memeluk erat. Namun Tuhan berkehendak lain, Kasma mengembuskan napas terakhir di pesawat Sriwijaya Air yang ia tumpangi dari Bandara Juanda Surabaya.
Jenazah warga Dusun Bonten, Desa Brumbun, Kecamatan Maderan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur iru lalu dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit AURI, sekitar setengah kilometer dari Bandara Sam Ratulangi.
Kasma terbang bersama anaknya, Jamil Makean, menantu Maspuatun dan seorang cucu laki-laki. Saat naik pesawat, Kasma harus dibawa dengan kursi roda karena memiliki riwayat penyakit ginjal. Meski begitu, dia mengantongi surat sehat menumpang pesawat.
Menurut Jamil yang merupakan putra sulung almarhumah, Kasma akan dibawa ke rumahnya di Morotai. Jadi di Bandara Sam Ratulangi, pesawat hanya transit karena tujuannya adalah terbang ke Ternate, lalu naik kapal menuju Morotai.
"Jadi peristiwa meninggalnya ibu saya diketahui secara pasti saat pesawat yang kami tumpangi sudah mendarat di Bandara Sam Ratulangi. Saat itu saya turun ke bandara untuk lapor transit. Di saat itulah saya dikabari melalui pengeras suara yang ada di bandara untuk kembali ke pesawat," kata Jamil saat ditemui Tribun Manado di rumah kediaman seorang pegawai bandara, Banny Bastian Maluenseng.
Bastian adalah sosok kalem yang dengan tulus ikhlas menolong sesama. Dia merelakan rumahnya di Kelurahan Mapanget Lingkungan I Kecamatan Mapanget Manado menjadi tempat persemayaman sementara jenazah sebelum dibawa terbang kembali oleh keluarga.
"Setibanya saya di pesawat lagi, saya melihat ibu saya sudah meninggal dunia. Memang sebelum mendarat saya sudah memiliki firasat kalau ibu saya sudah meninggal, namun saya tidak mau mengatakan ini, takutnya tidak benar. Makanya memilik menunggu pemeriksaan dokter," katanya.
Jamil menceritakan, 20 menit menjelang pendaratan, Kasma terus menerus dipeluk oleh sang istri hingga menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan Maspuatun.
"Sebelum meninggal, kami sempat memberikan makan, namun hanya dicicipi sedikit. Dia juga sempat terperosot dari tempat duduknya kemudian diangkat lagi duduk di atas tempat duduk, namun kondisi matanya terus merem," kata dia.
Melihat kondisi demikian, Jamil mengaku terus memanggil-manggil ibunya. "Mak kenapa matanya merem," ucapnya saat itu. Namun tidak ada lagi kalimat yang keluar dari mulut ibunya.
"Malam sebelum kami berangkat, ibu saya gelisah di atas tempat tidur. Dia bilang perutnya sakit. Dan keesokan harinya sebelum naik pesawat sempat dirawat di klinik Bandara Juanda Surabaya," ujarnya.
Setelah dipastikan meninggal dunia, jenazah dibawa ke RS AURI Manado. Pada saat itu, keluarga kebingungan untuk menyemayamkan jenazah karena di rumah sakit itu tidak ada fasilitas pemulasaraan jenazah.
Bastian yang turut membawa jenazah itu kemudian menyatakan, "Dibawa ke rumah saya saja." Bastian sungguh mulia hingga orang di sekitar yang mendengar pernyataannya pun kagum.
Bahkan dia juga sibuk membantu mengurus pemandian jenazah dan peti jenazah. Termasuk mengundang pemuka agama, Mulhim Spaer untuk memimpin doa.
Menurut rencana, jenazah akan dibawa kembali ke kampung halaman. Semua biaya ditanggung oleh pihak Sriwijaya Air.
sumber berita :
http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/23/penumpang-sriwijaya-air-meninggal-di-pelukan-menantu
sriwijayaair-agen.blogspot.com > berita > Penumpang Sriwijaya Air Meninggal di Pelukan Menantu